Usulan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mengintegrasikan bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan nasional telah memicu perdebatan serius di kalangan pegiat dan pembuat kebijakan pendidikan. Ide ini, yang berpotensi menjadi salah satu kebijakan penting dalam arah pendidikan nasional di bawah kepemimpinan mendatang, memerlukan kajian mendalam yang melampaui pertimbangan simbolis semata.
Wacana mengenai pengajaran bahasa Portugis ini muncul sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk memperluas cakrawala linguistik dan diplomatik Indonesia. Sebagai bahasa yang diucapkan di beberapa negara dengan kekuatan ekonomi dan sejarah penting seperti Portugal, Brasil, Angola, dan Mozambik, penguasaan bahasa Portugis diyakini dapat membuka peluang baru di kancah global. Namun, implikasi dari kebijakan ini terhadap sistem pendidikan yang sudah kompleks di Indonesia menjadi pertanyaan utama yang harus dijawab.
Tantangan Kesiapan Implementasi
Salah satu suara kritis datang dari pakar pendidikan, Sumardiansyah, yang menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur dan sumber daya. Ia mengingatkan bahwa kebijakan strategis seperti ini tidak bisa hanya didasari oleh motif diplomasi tanpa persiapan matang di lapangan. Kesiapan kurikulum, ketersediaan bahan ajar, dan kapabilitas tenaga pendidik menjadi fondasi krusial yang harus dibangun terlebih dahulu.
“Kebijakan itu sebaiknya tidak sekadar simbol diplomasi, melainkan disertai kesiapan kurikulum, bahan ajar, dan tenaga pendidik yang mumpuni,” ujar Sumardiansyah, menegaskan bahwa aspek substantif harus menjadi prioritas utama untuk menghindari kegagalan implementasi.
Integrasi bahasa baru, apalagi yang belum populer, ke dalam kurikulum nasional bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan pengembangan kurikulum yang relevan dan tidak membebani siswa, serta materi ajar yang menarik dan sesuai dengan konteks budaya Indonesia. Tantangan terbesar, menurut banyak pihak, adalah ketersediaan guru bahasa Portugis yang berkualitas. Indonesia saat ini memiliki keterbatasan sumber daya manusia yang mumpuni dalam bahasa tersebut. Proses rekrutmen, pelatihan, dan pengembangan profesional guru akan membutuhkan investasi waktu dan anggaran yang sangat besar.
Selain itu, aspek finansial juga menjadi pertimbangan penting. Pengembangan kurikulum baru, pencetakan bahan ajar, program pelatihan guru, hingga penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran akan memerlukan alokasi anggaran negara yang tidak sedikit. Perlu dipertimbangkan secara cermat apakah investasi ini akan sebanding dengan manfaat yang diharapkan dalam jangka panjang.
Urgensi dan Relevansi Geopolitik
Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan, gagasan Prabowo juga memiliki potensi nilai strategis. Dari sudut pandang geopolitik dan ekonomi, penguasaan bahasa Portugis dapat memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara lusophone, khususnya Brasil yang merupakan raksasa ekonomi di Amerika Selatan dan anggota BRICS. Portugal juga merupakan pintu gerbang ke Uni Eropa, sementara Angola dan Mozambik adalah mitra penting di Afrika.
Secara historis, bahasa Portugis memiliki jejak di beberapa wilayah Indonesia, terutama di timur, yang dapat menjadi basis awal untuk eksplorasi budaya dan linguistik. Mempelajari bahasa ini juga dapat memperkaya khazanah pengetahuan masyarakat Indonesia tentang budaya global dan sejarah dunia.
Namun, para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan prioritas dalam pengajaran bahasa asing. Saat ini, bahasa Inggris tetap menjadi lingua franca global, diikuti oleh Mandarin dan Arab yang memiliki relevansi ekonomi dan religius yang kuat di Indonesia. Menambahkan bahasa Portugis harus didasari oleh visi yang jelas mengenai posisi strategisnya dalam pengembangan kapasitas nasional.
Keputusan untuk mengintroduksi bahasa asing baru dalam skala nasional adalah langkah besar yang memerlukan konsultasi luas dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, pakar bahasa, praktisi pendidikan, hingga perencana kebijakan luar negeri. Hingga 28 October 2025, diskusi mengenai rincian dan rencana implementasi kebijakan ini masih terus bergulir, menanti arah definitif dari pemerintahan yang akan datang.
Kesimpulannya, ide untuk memasukkan bahasa Portugis ke dalam pendidikan nasional adalah sebuah inisiatif yang berani, tetapi juga kompleks. Keberhasilannya akan sangat bergantung pada kesiapan menyeluruh, komitmen sumber daya, dan visi strategis yang matang, bukan sekadar respons diplomatis. Pendidikan adalah investasi jangka panjang, dan setiap perubahan fundamental harus direncanakan dengan cermat untuk memastikan dampak positif yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






