Home / News / Prabowo Akui Program Makan Bergizi Gratis Sasar Jutaan Jiwa, Tetap Hadapi Tantangan

Prabowo Akui Program Makan Bergizi Gratis Sasar Jutaan Jiwa, Tetap Hadapi Tantangan

Calon presiden terpilih Prabowo Subianto pada 20 October 2025 mengungkapkan capaian masif program makan bergizi gratis, yang telah menyalurkan 1,4 miliar porsi kepada sekitar 36,7 juta penerima manfaat. Namun, di tengah kesuksesan distribusi yang luas, Prabowo juga mengakui bahwa program tersebut tidak sepenuhnya tanpa cela, dengan beberapa insiden keracunan makanan dan keluhan sakit perut yang dilaporkan.

Pernyataan ini disampaikan Prabowo dalam sebuah kesempatan publik, menyoroti dualitas antara skala ambisius program dan tantangan praktis di lapangan. Inisiatif makan bergizi gratis, yang menjadi salah satu janji utama kampanye dan visi pemerintahan mendatang, kini menghadapi sorotan terkait standar kualitas dan keamanan pangan.

Capaian Distribusi dan Luasnya Jangkauan

Program makan bergizi gratis telah menunjukkan capaian distribusi yang luar biasa. Data yang disampaikan Prabowo Subianto menyoroti skala operasional yang masif, di mana 1,4 miliar porsi makanan telah berhasil disalurkan ke berbagai penjuru negeri. Angka ini merefleksikan upaya serius dalam menjangkau populasi luas, dengan total 36,7 juta individu yang dilaporkan telah merasakan manfaat langsung dari inisiatif ini.

Penyaluran porsi makanan tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah gizi, terutama di kalangan anak-anak dan kelompok rentan, serta untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Skala program yang begitu besar tentu memerlukan koordinasi yang cermat antara berbagai pihak, mulai dari pengadaan bahan baku, proses persiapan, hingga distribusi akhir ke tangan penerima. Capaian ini menjadi indikator positif atas kemampuan logistik dan mobilisasi sumber daya yang dimiliki.

Tantangan dan Evaluasi Kualitas Makanan

Meskipun demikian, Prabowo Subianto dengan jujur mengakui bahwa implementasi program ini masih jauh dari sempurna. Beberapa kasus yang mencuat ke publik, seperti insiden keracunan makanan dan keluhan sakit perut setelah mengonsumsi makanan dari program ini, menjadi sorotan utama. Pengakuan ini menunjukkan adanya ruang untuk perbaikan signifikan dalam aspek kontrol kualitas dan keamanan pangan.

Insiden semacam itu tentu menimbulkan kekhawatiran serius terhadap standar higienitas dan proses penanganan makanan yang diterapkan. Faktor-faktor seperti kualitas bahan baku, prosedur persiapan yang tidak steril, kondisi penyimpanan yang kurang memadai, hingga waktu distribusi yang terlalu lama, dapat berkontribusi pada penurunan kualitas dan keamanan pangan. Mengingat target penerima manfaat yang sebagian besar adalah anak-anak dan kelompok rentan, standar keamanan pangan harus menjadi prioritas utama yang tidak bisa ditawar.

Dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan pentingnya evaluasi berkelanjutan:

“Kami mengakui program ini tidak 100 persen sukses. MBG (Makan Bergizi Gratis) masih memiliki kekurangan salah satunya, ditemukannya kasus keracunan makanan hingga sakit perut,” ujar Prabowo, menunjukkan komitmen untuk perbaikan.

Insiden keracunan makanan bukan hanya merugikan penerima manfaat secara fisik, tetapi juga berpotensi mengikis kepercayaan publik terhadap program yang digagas pemerintah. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret dan cepat diperlukan untuk mengidentifikasi akar masalah serta menerapkan solusi yang efektif. Peningkatan pengawasan, pelatihan bagi para petugas pelaksana, dan audit rutin terhadap penyedia makanan adalah beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan program ini ke depannya. Pengakuan Prabowo atas kekurangan ini adalah langkah awal yang krusial dalam upaya perbaikan.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Tagged: