Insiden ledakan mengejutkan terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 72 Jakarta pada Jumat pekan lalu, memicu kepanikan di kalangan siswa dan staf pengajar. Peristiwa yang terjadi saat pelaksanaan salat Jumat di lingkungan sekolah tersebut kini tengah diselidiki intensif oleh pihak kepolisian, terutama setelah munculnya dugaan kuat bahwa insiden ini terkait erat dengan kasus perundungan atau bullying. Seorang siswa kelas XI berinisial S menjadi saksi kunci yang mengungkapkan adanya dugaan perundungan yang mungkin menjadi motif di balik ledakan tersebut.
Kronologi Insiden dan Dugaan Motif Perundungan
Ledakan, yang menurut laporan awal diduga berasal dari sebuah benda yang menghasilkan letupan kecil namun cukup untuk menimbulkan kekhawatiran, terjadi di area dekat musala sekolah saat sejumlah siswa sedang menunaikan salat Jumat. Meskipun tidak ada laporan korban luka serius, insiden ini menyebabkan kepanikan massal dan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Petugas keamanan sekolah segera mengamankan lokasi, sementara pihak Kepolisian Resor Jakarta Utara tiba untuk memulai penyelidikan komprehensif.
Dalam proses penyelidikan awal, nama siswa S mencuat setelah ia berbagi informasi tentang adanya dugaan perundungan yang marak terjadi di sekolah. S menyatakan bahwa pelaku ledakan, yang identitasnya masih dirahasiakan oleh pihak berwenang, diduga merupakan korban perundungan. “Ada cerita bahwa pelaku ini sering di-bully oleh beberapa teman sekelasnya. Mungkin sudah puncak kekesalannya sehingga ia melakukan tindakan nekat,” ujar S, seperti yang disampaikan kepada beberapa pihak internal sekolah. Dugaan ini mengarahkan penyelidikan pada motif balas dendam atau ekspresi frustrasi akibat tekanan psikologis yang berkepanjangan dan tidak tertangani.
“Setiap insiden yang melibatkan kekerasan di lingkungan pendidikan, sekecil apa pun itu, harus ditangani dengan serius. Terlebih jika ada indikasi perundungan, ini adalah alarm bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kondisi psikologis anak-anak dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan inklusif. Pendekatan holistik perlu diterapkan, melibatkan siswa, guru, orang tua, dan ahli psikologi,” kata seorang pengamat pendidikan yang dihubungi 07 November 2025.
Dugaan perundungan yang mengemuka mencakup berbagai bentuk, mulai dari ejekan verbal, pengucilan sosial, hingga tindakan fisik ringan yang terus-menerus. Jika dugaan ini terbukti benar, kasus ini menyoroti dampak serius dan berbahaya dari perundungan yang bisa berujung pada tindakan ekstrem dan merugikan seluruh komunitas sekolah. Hal ini juga mengingatkan bahwa korban perundungan bisa saja berubah menjadi pelaku jika tidak mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat.
Penyelidikan Berlanjut dan Respons Pihak Sekolah
Pihak Kepolisian Resor Jakarta Utara, dibantu tim identifikasi dan forensik, telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) secara menyeluruh untuk mencari barang bukti dan petunjuk lebih lanjut mengenai jenis benda yang meledak dan bagaimana benda tersebut bisa berada di lingkungan sekolah. Beberapa saksi mata, termasuk siswa dan guru, telah dimintai keterangan. Fokus penyelidikan tidak hanya pada penemuan pelaku dan jenis benda yang meledak, tetapi juga pada verifikasi dugaan perundungan yang melatarinya. “Kami akan selidiki tuntas, baik penyebab ledakan maupun dugaan perundungan yang mengiringinya. Semua pihak yang terlibat akan dimintai keterangan untuk menguak fakta sebenarnya,” ujar seorang perwira polisi yang tidak ingin disebutkan namanya.
Menyikapi insiden ini, Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta menyatakan keprihatinan mendalam dan berjanji akan bekerja sama penuh dengan pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus ini. “Kami sangat menyayangkan kejadian ini dan akan menindak tegas setiap bentuk kekerasan, termasuk perundungan, di lingkungan sekolah kami. Langkah-langkah preventif dan kuratif akan segera kami tingkatkan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan siswa,” ujarnya dalam keterangan pers singkat. Pihak sekolah juga telah mengaktifkan tim konseling untuk memberikan dukungan psikologis bagi siswa yang terdampak, serta mengintensifkan program anti-perundungan.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta turut memantau perkembangan kasus ini dengan serius. Mereka menekankan pentingnya peran aktif sekolah dan orang tua dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan dan kekerasan. Kasus SMAN 72 ini menjadi pengingat bagi seluruh institusi pendidikan nasional akan urgensi penanganan perundungan yang komprehensif, bukan hanya reaktif setelah insiden terjadi, melainkan proaktif melalui edukasi berkelanjutan, pengawasan yang ketat, serta penyediaan jalur pelaporan yang aman dan terpercaya demi menjaga keamanan, kenyamanan, dan kesehatan mental seluruh siswa.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






