Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, diguncang gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,3 pada Senin, 3 November 2025. Peristiwa yang terjadi pada awal pekan ini dilaporkan tidak berpotensi menimbulkan tsunami, membawa sedikit kelegaan bagi warga di wilayah kepulauan yang rawan bencana tersebut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera mengeluarkan informasi mengenai gempa ini, menegaskan bahwa tidak ada ancaman gelombang pasang yang membahayakan.
Detail Gempa dan Respons Awal
Pusat gempa tercatat berada di titik koordinat yang belum dirilis secara spesifik namun diperkirakan berjarak puluhan kilometer dari barat daya Kepulauan Sangihe. Gempa yang terjadi sekitar pukul 20.30 WIB ini memiliki kedalaman yang relatif dangkal, diperkirakan sekitar 10 kilometer di bawah permukaan laut. Kedalaman dangkal seringkali dapat dirasakan lebih kuat di permukaan, namun dalam kasus ini, Magnitudo 5,3 dinilai tidak cukup besar untuk menyebabkan kerusakan meluas atau memicu gelombang tsunami signifikan.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya kepada media 03 November 2025, mengonfirmasi bahwa berdasarkan analisis parameter gempa, potensi tsunami dapat diabaikan. “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme patahan yang tidak berpotensi menghasilkan gelombang tsunami yang merusak. Kami mengimbau warga untuk tetap tenang dan tidak panik,” ujar Daryono, menekankan pentingnya informasi valid dari lembaga resmi.
Wilayah Kepulauan Sangihe sendiri merupakan gugusan pulau yang berada di zona pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Pasifik, menjadikannya salah satu daerah di Indonesia yang sangat rentan terhadap aktivitas seismik. Meskipun demikian, warga setempat sudah terbiasa dengan guncangan sesekali, dan prosedur mitigasi bencana selalu menjadi prioritas dalam keseharian mereka.
Imbauan Keselamatan dan Kondisi Terkini
Pasca gempa, BMKG terus memantau aktivitas gempa susulan yang mungkin terjadi. Hingga laporan ini ditulis, belum ada laporan mengenai kerusakan signifikan pada infrastruktur maupun korban jiwa akibat gempa tersebut. Pihak berwenang setempat, dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), juga telah melakukan koordinasi dan penyisiran awal untuk memastikan kondisi aman di seluruh wilayah terdampak. Langkah cepat ini bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat serta mengantisipasi dampak yang tidak terduga.
Meskipun tidak berpotensi tsunami, BMKG tetap mengimbau masyarakat, khususnya yang bermukim di pesisir, untuk selalu waspada dan mengikuti informasi resmi dari sumber terpercaya. Indonesia, sebagai negara yang berada di Cincin Api Pasifik, memang secara geografis sangat rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas gunung berapi. Oleh karena itu, edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko bencana.
“Penting bagi masyarakat untuk selalu memahami cara berlindung saat gempa terjadi, seperti menjauh dari bangunan tinggi, tiang listrik, atau tebing. Jika berada di dalam ruangan, segera berlindung di bawah meja yang kokoh atau merapat ke dinding,” kata Daryono, menggarisbawahi pentingnya edukasi mitigasi bencana bagi setiap warga Indonesia.
Pemerintah daerah bersama instansi terkait berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas mitigasi bencana dan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi berbagai potensi bencana alam di masa mendatang. Kondisi di Kepulauan Sangihe dilaporkan berangsur normal dan kondusif, namun kewaspadaan terhadap potensi guncangan susulan tetap dijaga oleh pihak berwenang.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






