Pemerintah Kota Banda Aceh, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), gencar melakukan sterilisasi di sejumlah asrama sekolah menengah pada 01 November 2025. Langkah ini merupakan inisiatif proaktif yang dirancang untuk membendung potensi penyebaran virus dengan gejala mirip flu di lingkungan pendidikan, khususnya di fasilitas hunian siswa. Upaya preventif ini digalakkan atas permintaan langsung dari pihak sekolah dan telah dikoordinasikan secara matang dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat, menandai sinergi antarlembaga dalam menjaga kesehatan komunitas sekolah.
Langkah Antisipasi Dini di Lingkungan Pendidikan
Penyemprotan disinfektan ini bukan respons terhadap kasus penularan yang terkonfirmasi, melainkan murni sebuah strategi antisipasi dini. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Banda Aceh, Ardi Asyadi, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk tanggung jawab pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan sehat bagi para siswa. “Kami bergerak atas dasar permintaan resmi dari pihak sekolah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan anak didiknya,” ujar Ardi. “Koordinasi dengan Disdikbud juga memastikan langkah ini terintegrasi dengan kebijakan pendidikan kota.”
Sukmawati, Kepala SMP Negeri 19 Kota Banda Aceh, yang menjadi salah satu sasaran utama kegiatan ini, mengungkapkan alasan di balik permintaan sterilisasi. Pihaknya sengaja memilih pendekatan pencegahan holistik untuk melindungi siswa dari penyakit yang kerap ditandai dengan demam, batuk, dan flu. “Ini murni langkah antisipasi. Kami tidak memiliki kasus terkonfirmasi di sekolah,” tegas Sukmawati. Pendekatan proaktif ini diharapkan dapat meminimalkan risiko gangguan kesehatan yang bisa berdampak pada proses belajar mengajar.
Fokus Pencegahan pada Area Berisiko Tinggi
Area asrama, baik putri maupun putra, menjadi prioritas utama dalam operasi sterilisasi ini. Keputusan tersebut didasari oleh karakteristik asrama yang cenderung memiliki tingkat kepadatan penghuni yang tinggi. Setiap kamar di asrama SMP Negeri 19, misalnya, dihuni oleh empat orang siswa, menjadikannya lingkungan yang lebih rentan terhadap transmisi penyakit menular melalui droplet. Penyemprotan disinfektan dilakukan secara menyeluruh di seluruh sudut ruangan, termasuk permukaan yang sering disentuh, untuk memastikan lingkungan bebas dari mikroorganisme berbahaya.
“Ini murni langkah pencegahan, bukan karena ada kasus. Kami ingin memastikan lingkungan tempat tinggal siswa tetap steril dan aman, terutama mengingat kepadatan penghuni di setiap kamar asrama yang bisa mempercepat potensi penyebaran penyakit,” kata Sukmawati, Kepala SMP Negeri 19 Kota Banda Aceh.
Inisiatif BPBD Banda Aceh ini menyoroti pentingnya kewaspadaan kesehatan masyarakat, terutama di fasilitas pendidikan yang menampung banyak individu. Upaya kolaboratif antara BPBD, Dinas Pendidikan, dan pihak sekolah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi lembaga lain dalam menerapkan langkah-langkah preventif yang efektif. Dengan terus menjaga kebersihan dan menerapkan protokol kesehatan, Kota Banda Aceh berkomitmen untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak hanya berkualitas tetapi juga sehat dan aman bagi seluruh siswanya. Langkah ini juga menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kesehatan publik dari berbagai ancaman penyakit.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






