Aksesibilitas Meningkat, Warga Bersukacita
Jakarta, 15 September 2025 – Sebuah langkah signifikan dalam peningkatan aksesibilitas transportasi publik telah dilakukan di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Sebagian pagar pembatas stasiun yang sebelumnya membatasi pergerakan warga kini resmi dibuka dan dilengkapi dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki jenis pelican crossing. Kebijakan ini disambut dengan sukacita oleh ribuan warga dan pengguna KRL Commuter Line yang selama ini harus menempuh jarak memutar untuk mengakses atau meninggalkan stasiun.
Sebelumnya, desain tata letak Stasiun Cikini mengharuskan pejalan kaki untuk berjalan memutar cukup jauh, terutama bagi mereka yang tinggal atau memiliki aktivitas di sisi berlawanan jalur kereta api. Kondisi ini seringkali menimbulkan keluhan dan menghambat efisiensi perjalanan, khususnya pada jam-jam sibuk. Pembukaan sebagian pagar ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh secara drastis, sekaligus meningkatkan kenyamanan bagi pengguna moda transportasi massal.
Zultri, salah seorang warga yang setiap hari melintas di area tersebut, mengungkapkan rasa leganya. “Akhirnya kami tidak perlu jalan jauh lagi. Ini sangat membantu sekali, apalagi saat buru-buru mengejar kereta atau pulang kerja,” ujarnya dengan wajah sumringah. Ia menambahkan bahwa perubahan ini merupakan salah satu bentuk nyata perhatian pemerintah terhadap kebutuhan mobilitas masyarakat.
“Perubahan ini sangat kami nanti-nantikan. Dulu, untuk menyeberang ke sisi lain, saya harus memutar sekitar 500 meter. Sekarang, dengan adanya pelican crossing ini, jarak tempuh bisa dipersingkat hingga kurang dari 100 meter. Ini bukan hanya soal waktu, tapi juga kenyamanan dan keamanan, terutama bagi lansia dan anak-anak.”
Pelican crossing yang dipasang di titik pembukaan pagar ini dilengkapi dengan lampu sinyal dan tombol permintaan penyeberangan, memberikan prioritas bagi pejalan kaki untuk melintas dengan aman. Integrasi antara fasilitas stasiun dan infrastruktur pejalan kaki di sekitarnya menjadi kunci untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih humanis dan terhubung.
Tantangan Disiplin Lalu Lintas dan Peran Pengawasan
Meskipun disambut positif, implementasi pembukaan pagar dan pemasangan pelican crossing ini tidak luput dari tantangan. Observasi awal di lapangan menunjukkan bahwa masih ada sejumlah pengendara sepeda motor dan mobil yang nekat menerobos atau tidak mengindahkan rambu lalu lintas, terutama saat lampu merah bagi kendaraan menyala untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait potensi kecelakaan dan mengancam keselamatan pejalan kaki.
Pihak berwenang, termasuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, menyadari adanya tantangan ini. Mereka menegaskan pentingnya pengawasan berkelanjutan dan edukasi kepada masyarakat, baik pejalan kaki maupun pengendara, mengenai fungsi dan etika penggunaan pelican crossing. Petugas keamanan dan Dishub dijadwalkan untuk rutin melakukan patroli dan pengawasan di titik tersebut, terutama pada jam-jam sibuk.
“Kami akan menempatkan petugas secara berkala di lokasi ini untuk memastikan semua pihak mematuhi aturan. Edukasi kepada pengendara tentang pentingnya menghormati hak pejalan kaki di pelican crossing juga akan terus kami galakkan,” ujar seorang perwakilan dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang enggan disebutkan namanya. Ia menambahkan bahwa penegakan hukum akan diberlakukan bagi pelanggar demi menjamin keselamatan pengguna jalan.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menciptakan ekosistem transportasi publik yang terintegrasi dan ramah pejalan kaki di Jakarta. Diharapkan, dengan sinergi antara fasilitas yang memadai, kesadaran masyarakat, dan pengawasan yang ketat, Stasiun Cikini dapat menjadi contoh sukses peningkatan aksesibilitas yang berkontribusi pada mobilitas warga Jakarta yang lebih baik dan aman.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda