Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) secara tegas mengingatkan para orang tua di Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas digital anak-anak mereka. Peringatan ini muncul menyusul temuan adanya upaya sistematis dari kelompok radikal untuk menyusupkan paham ekstremisme dan merekrut generasi muda melalui platform permainan daring.
Pihak BNPT mengungkapkan bahwa dunia maya, khususnya game online, telah menjadi medan baru yang strategis bagi jaringan radikal untuk menyebarkan ideologi mereka. Lingkungan digital yang seringkali anonim dan interaktif dinilai sangat efektif untuk menanamkan benih-benih radikalisme pada pikiran anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap pencarian identitas dan mudah terpengaruh.
Modus Operandi: Infiltrasi Lewat Dunia Virtual
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI (Purn) Hendri Paruhuman Lubis, menjelaskan bahwa modus rekrutmen ini tidak selalu terang-terangan. Awalnya, pelaku akan membangun kedekatan emosional dengan target, seringkali dengan berbagi minat dalam game yang sama atau tergabung dalam komunitas daring. Setelah kepercayaan terbangun, secara perlahan narasi-narasi radikal, provokatif, atau yang menumbuhkan rasa kebencian mulai disisipkan melalui percakapan dalam game, grup chat, atau platform media sosial yang terintegrasi.
Anak muda, yang seringkali menghabiskan waktu berjam-jam di dunia maya, menjadi target empuk karena karakteristiknya yang mudah dipengaruhi dan cenderung mencari identitas atau komunitas. Kelompok radikal memanfaatkan celah ini dengan menawarkan “rasa memiliki” atau “tujuan” yang seringkali dibungkus dengan narasi yang menarik dan heroik, namun pada akhirnya mengarah pada kekerasan dan ekstremisme.
Data yang dikumpulkan BNPT menunjukkan pola rekrutmen yang canggih, memanfaatkan anonimitas dan luasnya jangkauan internet. Mereka menyasar segmen usia remaja hingga awal dewasa muda, yang dinilai paling rentan terhadap ideologi-ideologi menyimpang karena minimnya literasi digital dan kritis dalam memilah informasi.
Peran Kritis Orang Tua dalam Pencegahan Radikalisme Digital
Merespons ancaman serius ini, BNPT menekankan pentingnya peran aktif orang tua sebagai benteng pertahanan pertama. Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada 09 October 2025, menggarisbawahi bahwa pengawasan bukan berarti pembatasan yang berlebihan, melainkan pendampingan dan komunikasi yang intensif.
“Kita tidak bisa menutup mata terhadap realitas bahwa internet dan game online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak kita. Oleh karena itu, tugas kita sebagai orang tua adalah memastikan mereka memiliki literasi digital yang kuat dan mampu membedakan informasi yang benar dari propaganda menyesatkan,” ujar Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar.
BNPT menyarankan beberapa langkah konkret bagi orang tua: pertama, membangun komunikasi terbuka dengan anak mengenai aktivitas daring mereka dan orang-orang yang berinteraksi; kedua, memahami jenis game yang dimainkan dan siapa saja yang menjadi teman bermain anak; ketiga, mengajarkan anak tentang pentingnya privasi dan bahaya berinteraksi dengan orang asing di internet; dan keempat, segera melaporkan indikasi atau konten mencurigakan kepada pihak berwenang atau lembaga terkait.
Ancaman radikalisme digital bukan hanya menjadi tanggung jawab BNPT, tetapi juga membutuhkan sinergi dari seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, penyedia layanan internet, dan komunitas. Edukasi tentang bahaya radikalisme sejak dini, baik di sekolah maupun keluarga, diharapkan dapat membentengi generasi muda dari pengaruh ideologi kekerasan dan menjaga keutuhan bangsa.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda