JAKARTA – Aparat kepolisian berhasil mengamankan seorang pemuda berinisial WFT (22) yang diduga kuat merupakan sosok di balik nama samaran Bjorka, peretas yang sempat menggemparkan publik dengan serangkaian aksi peretasan data pribadi. Penangkapan ini dilakukan oleh tim Siber Polda Metro Jaya di kediamannya di Desa Totolan, Kakas Barat, Sulawesi Utara, pada Selasa (23/9) lalu, menandai perkembangan signifikan dalam upaya penegakan hukum terhadap kejahatan siber.
Identitas Terduga dan Rekam Jejak Bjorka
WFT, pemuda berusia 22 tahun asal Desa Totolan, kini menjadi fokus utama penyelidikan setelah penangkapannya yang mengejutkan. Pihak berwenang belum merinci secara detail peran WFT dalam jaringan peretasan Bjorka, namun dugaan kuat mengarah padanya sebagai individu kunci. Nama Bjorka sendiri mulai mencuat ke permukaan publik sejak pertengahan 2022, ketika serangkaian unggahan di forum daring dan media sosial mengklaim telah berhasil meretas data penting milik instansi pemerintah, BUMN, hingga data pribadi pejabat negara.
Di antara aksi-aksi yang paling menjadi sorotan adalah dugaan kebocoran data registrasi SIM card prabayar, data pasien dari rumah sakit, hingga informasi pribadi sejumlah menteri dan pejabat tinggi. Serangan siber ini tidak hanya menimbulkan kerugian finansial dan privasi, tetapi juga memicu kekhawatiran besar di masyarakat terkait keamanan data nasional. Bjorka kerap menyertakan pesan-pesan bernada politis dalam setiap aksinya, menambah kompleksitas motif di balik peretasan yang dilakukannya.
Penangkapan terhadap terduga pelaku kejahatan siber ini merupakan hasil kerja keras tim di lapangan yang telah melakukan penyelidikan intensif selama beberapa waktu. Kami akan terus mengembangkan kasus ini untuk mengungkap seluruh jaringan dan motif di baliknya. Ini adalah komitmen kami untuk memastikan keamanan ruang siber nasional dan melindungi data pribadi masyarakat dari ancaman peretasan, ujar salah satu sumber kepolisian yang enggan disebut namanya, 03 October 2025.
Upaya Penegakan Hukum dan Tantangan Keamanan Siber
Penangkapan WFT di Sulawesi Utara ini menjadi bukti keseriusan aparat dalam menangani ancaman kejahatan siber yang semakin kompleks. Proses penyelidikan pasca-penangkapan kini fokus pada pengumpulan bukti digital, forensik perangkat elektronik, dan interogasi untuk mendalami sejauh mana keterlibatan WFT serta kemungkinan adanya pihak lain yang turut terlibat dalam operasi Bjorka. Pihak kepolisian juga akan bekerja sama dengan berbagai lembaga terkait untuk menganalisis data-data yang berhasil diretas dan melakukan mitigasi risiko di masa depan.
Kasus Bjorka menyoroti kembali urgensi penguatan sistem keamanan siber di Indonesia, baik di tingkat pemerintah maupun sektor swasta. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keamanan data pribadi juga menjadi krusial. Pemerintah melalui Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika terus berupaya memperkuat infrastruktur dan regulasi untuk menghadapi ancaman siber yang terus berevolusi. Penangkapan terduga pelaku ini diharapkan dapat memberikan efek jera dan menjadi momentum untuk meningkatkan kewaspadaan kolektif terhadap serangan digital.
Meskipun satu terduga telah diamankan, tantangan dalam memerangi kejahatan siber masih sangat besar. Modus operandi peretas yang semakin canggih menuntut aparat penegak hukum untuk terus beradaptasi dan meningkatkan kapasitas. Publik kini menantikan kelanjutan dari proses hukum terhadap WFT, serta pengungkapan secara tuntas mengenai seluruh fakta di balik aksi peretasan Bjorka yang telah menyita perhatian publik.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda