Home / News / Kemendikbudristek Desak Perguruan Tinggi Perketat Pembinaan Mahasiswa Pasca-Insiden Unsri

Kemendikbudristek Desak Perguruan Tinggi Perketat Pembinaan Mahasiswa Pasca-Insiden Unsri

Palembang, 25 September 2025 – Insiden kontroversial yang melibatkan mahasiswa baru (maba) Universitas Sriwijaya (Unsri) kembali menyoroti isu pembinaan di lingkungan perguruan tinggi. Sebuah video viral yang memperlihatkan senior meminta maba untuk mencium kening teman mereka sebagai bagian dari kegiatan orientasi, memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Menyikapi hal tersebut, Togar, seorang pejabat tinggi Kemendikbudristek, mendesak seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk lebih serius dalam membina mahasiswa, terutama para mahasiswa baru.

Skandal Inisiasi dan Tanggapan Keras Pemerintah

Kericuhan di Unsri bermula dari beredarnya potongan video di media sosial yang menunjukkan adegan tidak pantas dalam kegiatan pengenalan kampus. Dalam video tersebut, beberapa senior terlihat memberikan instruksi kepada sekelompok mahasiswa baru untuk saling mencium kening. Insiden ini sontak menuai kecaman luas dari warganet, alumni, hingga pemerhati pendidikan, yang menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk perundungan atau inisiasi yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.

Kasus ini bukan yang pertama kalinya terjadi di lingkungan pendidikan tinggi di Indonesia, yang kerap diwarnai dengan praktik-praktik perpeloncoan atau senioritas yang berlebihan. Publik menuntut adanya tindakan tegas dari pihak universitas dan pemerintah untuk memastikan lingkungan akademik yang aman dan kondusif bagi seluruh mahasiswa.

Menanggapi kehebohan ini, Kemendikbudristek melalui Togar menyampaikan keprihatinan mendalam. Ia menekankan bahwa kegiatan orientasi kampus seharusnya menjadi ajang perkenalan positif dan pengenalan nilai-nilai luhur Tri Dharma Perguruan Tinggi, bukan justru menjadi wadah bagi tindakan yang merendahkan martabat mahasiswa. Pernyataan ini sekaligus menjadi penekanan agar seluruh universitas mengevaluasi dan merombak total sistem pembinaan mahasiswa mereka.

Urgensi Pembinaan Holistik dan Pencegahan Kekerasan

Pesan dari Kemendikbudristek menggarisbawahi pentingnya pembinaan mahasiswa yang holistik, tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pengembangan karakter, etika, dan kepribadian. Pembinaan ini harus dimulai sejak masa orientasi dan terus berlanjut sepanjang masa studi mahasiswa di kampus. Pencegahan kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk perundungan dan pelecehan, menjadi prioritas utama yang harus diimplementasikan dengan serius.

Perguruan tinggi diharapkan mampu menciptakan mekanisme pengawasan yang ketat terhadap setiap kegiatan mahasiswa, terutama yang melibatkan interaksi antara senior dan junior. Edukasi mengenai batasan, etika, dan konsekuensi pelanggaran harus disampaikan secara transparan kepada seluruh sivitas akademika. Selain itu, diperlukan juga saluran pengaduan yang mudah diakses dan responsif bagi mahasiswa yang merasa menjadi korban atau saksi kekerasan.

Togar menegaskan bahwa tanggung jawab menciptakan iklim kampus yang positif dan bebas kekerasan ada di tangan seluruh elemen universitas, mulai dari rektorat, dosen, hingga organisasi kemahasiswaan. Pembinaan yang serius akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas dan moral yang tinggi.

Kami meminta seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk lebih serius membina mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Kegiatan kampus haruslah mendidik dan membangun, bukan merendahkan atau menciptakan trauma. Lingkungan akademik harus menjadi tempat yang aman bagi setiap mahasiswa untuk berkembang dan berinovasi tanpa rasa takut, tegas Togar, mewakili Kemendikbudristek.

Insiden di Unsri diharapkan menjadi momentum bagi semua perguruan tinggi untuk introspeksi dan mengambil langkah konkret dalam memperbaiki sistem pembinaan mahasiswa. Dengan komitmen kuat dari semua pihak, cita-cita menciptakan kampus yang inspiratif, inklusif, dan bebas dari kekerasan dapat terwujud, demi masa depan pendidikan tinggi Indonesia yang lebih baik.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Tagged: