Jakarta, 24 September 2025 – Arus lalu lintas di sekitar kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, khususnya di Jalan Gatot Subroto dan sekitarnya, dilaporkan mengalami kemacetan parah pada jam-jam sibuk. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh tingginya volume kendaraan, tetapi juga diperparah oleh minimnya disiplin sejumlah pengendara yang nekat melakukan manuver berbahaya, seperti menyerobot lajur atau memotong antrean.
Kemacetan yang terjadi secara rutin ini telah menjadi keluhan utama bagi ribuan komuter yang melintasi kawasan strategis tersebut setiap harinya. Area DPR yang merupakan pusat kegiatan politik dan administrasi, ditambah dengan posisinya sebagai jalur arteri vital, membuatnya sangat rentan terhadap penumpukan kendaraan.
Akar Masalah dan Dampak Kemacetan
Penyebab utama kemacetan di sekitar DPR, berdasarkan pengamatan di lapangan dan laporan petugas, adalah perilaku sebagian pengendara yang tidak sabar dan cenderung melanggar aturan lalu lintas. Fenomena “menyerobot dari lajur kiri langsung memotong ke kanan” atau sebaliknya, seringkali menciptakan simpul kemacetan baru yang memperlambat laju kendaraan dari berbagai arah.
Perilaku ini memicu efek domino; satu kendaraan yang menyerobot dapat menghambat belasan kendaraan di belakangnya, menciptakan penumpukan yang sulit diurai. Belum lagi, banyak pengemudi yang berhenti sembarangan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, menambah kekacauan lalu lintas.
“Setiap hari begini, Pak. Kalau tidak saling serobot, rasanya tidak akan maju. Tapi justru itu yang bikin macet parah. Sudah hampir satu jam saya terjebak di sini padahal jaraknya tidak seberapa,” keluh Budi Santoso (45), seorang pengemudi taksi online yang rutin melintasi kawasan tersebut, kepada wartawan.
Dampak dari kemacetan ini sangat luas. Selain membuang waktu dan bahan bakar, kemacetan juga meningkatkan tingkat stres pengendara, berkontribusi pada polusi udara, serta merugikan produktivitas ekonomi kota. Banyak pekerja yang terlambat sampai kantor dan distribusi barang menjadi terhambat.
Upaya Penanganan dan Pentingnya Disiplin
Kepolisian Lalu Lintas Polda Metro Jaya telah mengerahkan personel di titik-titik rawan kemacetan untuk mengatur arus dan mengurai penumpukan. Petugas secara aktif memberikan imbauan kepada pengendara untuk tertib dan tidak melakukan manuver yang membahayakan. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada kesadaran dan disiplin individu pengendara.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Latif Usman, mengakui bahwa perilaku tidak tertib sebagian pengendara menjadi faktor dominan penyebab kemacetan di beberapa titik rawan, termasuk area DPR. “Kami telah menempatkan personel di titik-titik rawan kemacetan untuk mengurai arus dan melakukan penindakan bagi pelanggar. Namun, kesadaran dan disiplin dari pengendara itu sendiri adalah kunci utama. Tidak ada gunanya rekayasa lalu lintas sebagus apa pun jika tidak didukung oleh kepatuhan pengguna jalan,” ujar Kombes Latif dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu.
Selain penegakan hukum, upaya sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya tertib berlalu lintas juga terus digencarkan. Pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan juga diharapkan dapat mengkaji kemungkinan rekayasa lalu lintas jangka panjang atau peningkatan infrastruktur, meski solusi tersebut membutuhkan waktu dan investasi besar.
Fenomena kemacetan di sekitar DPR ini bukan hanya sekadar masalah teknis lalu lintas, melainkan juga cerminan dari tantangan budaya berkendara di ibu kota. Diperlukan sinergi antara penegakan hukum yang tegas, rekayasa lalu lintas yang adaptif, dan yang paling fundamental, perubahan perilaku serta peningkatan kesadaran disiplin dari setiap pengguna jalan untuk menciptakan arus lalu lintas yang lebih lancar, aman, dan nyaman bagi seluruh warga Jakarta.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda