Setelah penantian dua setengah dekade, dua kerangka manusia yang ditemukan di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid. Keduanya dipastikan adalah korban hilang dalam peristiwa kerusuhan massal Mei 1998, sebuah pengungkapan yang membawa sedikit kejelasan setelah bertahun-tahun ketidakpastian bagi keluarga mereka.
Kronologi Penemuan dan Proses Identifikasi
Penemuan mengejutkan ini terjadi pada akhir bulan lalu ketika pekerja konstruksi tengah merenovasi Gedung ACC Kwitang, sebuah bangunan yang telah lama tidak terpakai atau kurang terawat. Petugas yang dikerahkan ke lokasi menemukan dua kerangka manusia di area tersembunyi, memicu spekulasi awal mengenai asal-usulnya. Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat segera melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan membawa sisa-sisa jasad untuk pemeriksaan forensik lebih lanjut.
Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri mengambil peran sentral dalam proses identifikasi. Melalui metode tes DNA yang cermat, sampel dari kerangka dicocokkan dengan data DNA dari keluarga korban hilang yang telah lama mengajukan laporan. Proses ini membutuhkan waktu dan kehati-hatian ekstra mengingat kondisi kerangka dan lamanya waktu sejak insiden.
Hasilnya, pada 07 November 2025, secara definitif mengonfirmasi identitas kedua korban sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid. Keduanya dilaporkan hilang pada puncak kerusuhan Mei 1998, meninggalkan keluarga dalam limbo selama 26 tahun terakhir. Identifikasi ini menjadi salah satu penemuan paling signifikan terkait korban kerusuhan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Harapan Keadilan dan Luka Lama yang Terkuak
Pengungkapan identitas Reno dan Farhan membawa kembali ingatan pahit akan kerusuhan Mei 1998, salah satu periode kelam dalam sejarah modern Indonesia. Selama 26 tahun, keluarga kedua korban hidup dalam ketidakpastian, berharap akan menemukan petunjuk tentang nasib orang yang mereka cintai. Penemuan ini, meskipun menyedihkan, setidaknya memberikan kejelasan yang telah lama dinanti.
“Pengungkapan ini adalah langkah penting menuju kejelasan bagi keluarga korban. Meskipun tidak mengembalikan mereka yang hilang, setidaknya ada kepastian yang dapat memberikan sedikit kedamaian setelah penantian yang sangat panjang,” ujar Kombes Pol. [Nama Pejabat Fiktif], juru bicara Polda Metro Jaya, dalam konferensi pers, 07 November 2025. “Kami berharap ini bisa membantu proses penyembuhan luka bagi keluarga yang ditinggalkan.”
Identifikasi ini sekaligus membuka kembali diskusi tentang penuntasan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu. Banyak keluarga korban kerusuhan 1998 masih menuntut keadilan dan akuntabilitas dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Penemuan ini menunjukkan bahwa jejak-jejak masa lalu masih bisa terungkap, meskipun waktu telah berlalu, dan mendorong upaya untuk menyelesaikan kasus-kasus serupa yang masih menggantung.
Pihak kepolisian menyatakan akan melanjutkan penyelidikan untuk menggali lebih dalam mengenai penyebab kematian kedua korban dan mencari tahu detail terakhir mengenai keberadaan mereka sebelum kerusuhan. Sementara itu, keluarga Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid kini dapat mempersiapkan prosesi pemakaman yang layak, mengakhiri penantian panjang mereka dengan sebuah penemuan yang pahit namun memberikan kejelasan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






