Jakarta, 27 August 2025 – Aksi unjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senayan, Jakarta, pada Senin 25 Agustus 2025, berakhir ricuh. Gelombang massa yang awalnya berorasi damai mendadak anarki, memicu respons tegas dari aparat kepolisian yang terpaksa mengerahkan meriam air (water cannon) untuk membubarkan kerumunan. Dalam insiden tersebut, total 351 orang diamankan oleh pihak kepolisian.
Kericuhan mulai pecah sekitar sore hari setelah batas waktu demonstrasi yang disepakati habis. Massa yang didominasi oleh kelompok mahasiswa dan aktivis terlihat berupaya merangsek barikade kawat berduri yang dipasang aparat. Situasi memanas ketika beberapa oknum mulai melemparkan botol air mineral, batu, dan benda-benda lainnya ke arah petugas keamanan yang berjaga.
Peringatan berulang kali dari pengeras suara kepolisian untuk mundur dan membubarkan diri tidak diindahkan. Petugas dengan perlengkapan antihuru-hara akhirnya didorong maju. Melihat kondisi yang semakin tidak terkendali dan mengancam keselamatan petugas serta fasilitas umum, unit meriam air pun dikerahkan. Semburan air bertekanan tinggi ditembakkan ke arah kerumunan, menyebabkan massa terpecah dan kocar-kacir.
Kronologi Kericuhan dan Respons Cepat Aparat
Aksi demo yang dimulai sejak pagi hari itu mulanya berjalan kondusif dengan penyampaian orasi dan aspirasi terkait beberapa kebijakan pemerintah. Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, buruh, dan organisasi kemasyarakatan, memadati jalan Gatot Subroto di depan kompleks parlemen.
Memasuki siang hari, tensi mulai meningkat. Negosiasi antara perwakilan demonstran dengan pihak kepolisian maupun perwakilan DPR tidak membuahkan hasil signifikan. Massa yang merasa aspirasinya tidak ditanggapi dengan serius mulai menunjukkan gelagat agresif. Puncaknya terjadi ketika barikade kawat berduri dirobohkan oleh sebagian massa yang mencoba mendekati gerbang utama Gedung DPR.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol. [Nama Fiktif Kapolres], dalam konferensi pers pada 27 August 2025 menjelaskan bahwa penggunaan meriam air adalah langkah terakhir setelah semua upaya persuasif gagal. “Kami sudah memberikan peringatan berulang kali agar massa tidak melakukan tindakan anarkis. Namun, mereka justru semakin agresif dengan melempari petugas kami,” ujarnya. “Meriam air adalah protokol standar untuk memecah konsentrasi massa demi mencegah kerugian yang lebih besar.”
“Tindakan tegas kami lakukan setelah massa tidak mengindahkan peringatan dan mulai melakukan tindakan anarkis yang membahayakan petugas serta fasilitas umum. Prioritas kami adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.”
— Kombes Pol. [Nama Fiktif Kapolres], menjelaskan alasan penindakan.
Selain meriam air, sejumlah personel kepolisian juga terlihat mengamankan individu-individu yang diduga menjadi provokator kericuhan. Beberapa video amatir yang tersebar di media sosial menunjukkan aparat mengejar dan menahan pengunjuk rasa yang masih bertahan atau mencoba melawan.
Proses Pengamanan dan Implikasi Hukum
Setelah meriam air berhasil membubarkan sebagian besar massa, aparat kepolisian mulai melakukan penyisiran dan pengamanan di area sekitar Gedung DPR. Sebanyak 351 orang yang diduga terlibat dalam kericuhan berhasil diamankan dan dibawa ke Polda Metro Jaya untuk pendataan dan pemeriksaan lebih lanjut. Mereka terdiri dari berbagai usia dan latar belakang.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. [Nama Fiktif Kabid Humas], mengonfirmasi bahwa ratusan orang yang diamankan akan menjalani pemeriksaan intensif. “Mereka akan diidentifikasi dan dimintai keterangan. Bagi yang terbukti melakukan tindak pidana seperti perusakan fasilitas umum, melawan petugas, atau provokasi, akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” jelasnya.
Pihak kepolisian juga tidak menutup kemungkinan adanya provokator atau penyusup yang sengaja membuat kericuhan. Investigasi mendalam akan dilakukan untuk mengungkap motif di balik tindakan anarkis ini. Sementara itu, kondisi di sekitar Gedung DPR RI dilaporkan kembali kondusif pada Senin malam, meski puing-puing sisa kericuhan masih terlihat di beberapa titik.
Insiden ini menjadi sorotan publik dan memicu beragam reaksi. Sebagian masyarakat menyayangkan tindakan anarkis demonstran, sementara pihak lain menyoroti respons aparat. DPR RI sendiri melalui juru bicaranya mengimbau semua pihak untuk menahan diri dan menyelesaikan permasalahan melalui jalur dialog, sembari memastikan bahwa aspirasi masyarakat akan terus diperhatikan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda