Kabupaten Aceh Tamiang, sebuah wilayah di ujung barat Sumatra, masih berjuang bangkit setelah dihantam dahsyatnya banjir bandang dan longsor pada akhir November lalu. Bencana hidrometeorologi yang menerjang mengakibatkan kerusakan masif, meninggalkan ribuan rumah hancur dan ratusan ribu jiwa terpaksa mengungsi. Peristiwa tragis ini menyoroti kerentanan wilayah terhadap fenomena alam ekstrem dan mendesak perhatian nasional.
Skala Kerusakan dan Krisis Kemanusiaan
Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tamiang yang dirilis pada Kamis (4/12) malam, beberapa hari setelah puncak bencana, menunjukkan gambaran suram pasca-bencana. Setidaknya 2.698 unit rumah warga mengalami kerusakan parah, menjadi saksi bisu keganasan alam yang menerjang permukiman.
Lebih memilukan lagi, jumlah warga yang terpaksa mengungsi mencapai angka fantastis 71.242 kepala keluarga, atau setara dengan 284.072 jiwa. Angka ini hampir sepertiga dari total populasi kabupaten tersebut, menciptakan krisis kemanusiaan yang membutuhkan penanganan serius dan berkelanjutan dari berbagai pihak.
Selain kerugian materiil, bencana ini juga merenggut nyawa. BPBD mencatat 42 korban jiwa meninggal dunia di Kabupaten Aceh Tamiang akibat terjangan air bah dan longsor. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan kisah-kisah duka dari keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih mereka dalam sekejap. Infrastruktur vital seperti jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan juga dilaporkan mengalami kerusakan signifikan, menghambat akses bantuan dan memperparah kondisi masyarakat yang sudah terdampak.
Upaya Penanganan dan Tantangan Pemulihan
Sejak hari pertama bencana pada Rabu (26/11), pemerintah daerah bersama TNI, Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta berbagai lembaga swadaya masyarakat dan relawan telah bergerak cepat untuk menyalurkan bantuan dan melakukan evakuasi. Posko-posko pengungsian didirikan di berbagai lokasi aman, menyediakan tempat berlindung sementara bagi para korban. Logistik berupa makanan, minuman, selimut, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya terus didistribusikan, meskipun terkadang terkendala akses jalan yang terputus atau rusak parah akibat longsoran dan genangan air.
Dalam pernyataan resminya pada 05 December 2025, [Nama Pejabat BPBD Aceh Tamiang] menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan. “Prioritas utama kami saat ini adalah memastikan semua pengungsi mendapatkan tempat tinggal yang layak, pasokan makanan yang cukup, serta penanganan kesehatan yang memadai. Setelah itu, fokus akan beralih ke rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur serta rumah warga,” ujarnya.
“Melihat kondisi di lapangan, ini adalah salah satu bencana hidrometeorologi terparah yang pernah kami alami dalam beberapa dekade terakhir. Solidaritas dan dukungan dari seluruh elemen bangsa sangat kami harapkan untuk membantu masyarakat Aceh Tamiang bangkit kembali dari keterpurukan ini.”
— Pernyataan dari seorang pejabat daerah yang tidak disebutkan namanya, 05 December 2025
Namun, jalan menuju pemulihan masih panjang dan berliku. Selain kebutuhan mendesak akan pangan dan sandang, masalah kesehatan pasca-bencana, seperti risiko penyebaran penyakit menular dan trauma psikologis, menjadi perhatian serius. Banyak warga kehilangan mata pencarian, terutama petani dan pekebun, karena lahan pertanian mereka terendam atau rusak total. Pemulihan ekonomi lokal menjadi agenda krusial yang memerlukan strategi komprehensif dan dukungan jangka panjang.
Pemerintah pusat melalui BNPB telah menyatakan kesiapan untuk mendukung penuh upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh Tamiang. Dana bantuan dan tim ahli direncanakan akan dikerahkan untuk membantu pembangunan kembali rumah-rumah yang hancur serta memulihkan infrastruktur publik. Upaya mitigasi bencana jangka panjang juga perlu menjadi fokus agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, mengingat Aceh Tamiang merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana banjir dan longsor. Dengan semangat kebersamaan dan kerja keras dari berbagai pihak, diharapkan masyarakat Aceh Tamiang dapat segera pulih dan membangun kembali kehidupan mereka di tengah puing-puing sisa-sisa bencana.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






