Home / News / Prabowo Subianto dan Retorika Khas: Dari ‘Serakahnomic’ hingga Popularitas Istilah

Prabowo Subianto dan Retorika Khas: Dari ‘Serakahnomic’ hingga Popularitas Istilah

Presiden terpilih Prabowo Subianto dikenal dengan gaya komunikasi politiknya yang khas, seringkali diwarnai oleh penggunaan istilah-istilah unik dan tak biasa dalam berbagai kesempatan. Retorika yang dipilihnya kerap menjadi sorotan, memadukan sentilan tajam, kritik lugas, hingga nuansa jenaka yang memancing perhatian publik. Terbaru, istilah “Serakahnomic” menjadi perbincangan hangat, menambah deretan diksi khas yang dipopulerkan olehnya dalam lanskap politik nasional per 16 August 2025.

Retorika Khas dan Daya Tarik Komunikasi

Gaya komunikasi Prabowo Subianto yang cenderung non-konvensional ini bukanlah hal baru. Sejak lama, ia telah mengadopsi pendekatan retoris yang berani dan langsung, membedakan dirinya dari tokoh politik lainnya. Strategi ini kerap dinilai efektif dalam menyederhanakan isu-isu kompleks, membuatnya lebih mudah dicerna oleh berbagai lapisan masyarakat. Istilah-istilah yang dilontarkan Prabowo bervariasi dari kritik politik yang tajam hingga observasi sosial yang jenaka, seringkali dengan sentuhan humor yang khas yang mampu mencairkan suasana di tengah pidato yang serius.

Penggunaan istilah-istilah ini bukan sekadar aksesoris bahasa, melainkan bagian integral dari strategi politik yang bertujuan untuk menciptakan koneksi emosional dengan audiens. Dengan diksi yang tidak biasa, Prabowo berhasil menarik perhatian media dan publik, memicu diskusi luas, serta memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin yang autentik dan berani bicara apa adanya. Efeknya, pesan-pesan yang ingin disampaikannya menjadi lebih melekat dan mudah diingat.

“Gaya komunikasi yang demikian memungkinkan seorang pemimpin untuk menonjolkan identitasnya, menciptakan narasi yang mudah diingat, serta membangun kedekatan dengan masyarakat melalui diksi yang tidak formal namun kuat. Ini adalah bagian dari seni berpolitik, di mana kata-kata tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga membangkitkan emosi dan mendorong refleksi.”

‘Serakahnomic’ dan Resonansi Publik

Istilah “Serakahnomic” yang baru-baru ini dipopulerkan oleh Prabowo menjadi contoh terbaru dari kekayaan retorikanya. Istilah ini diduga kuat merujuk pada kritik terhadap sistem ekonomi yang dianggap didorong oleh keserakahan, menyoroti ketimpangan dan eksploitasi yang mungkin terjadi dalam sistem tersebut. Penggunaan kata “serakah” yang kuat dan langsung, dipadukan dengan imbuhan “nomic” yang merujuk pada ekonomi, menciptakan sebuah terminologi yang provokatif sekaligus mudah dipahami esensinya oleh khalayak luas.

Penggunaan istilah-istilah semacam ini tidak hanya menciptakan kehebohan di media sosial dan ruang publik, tetapi juga berkontribusi dalam membentuk persepsi tertentu terhadap isu yang sedang dibahas. Dengan melabeli sebuah fenomena dengan istilah yang unik dan penuh karakter, Prabowo mampu mengarahkan narasi dan fokus perdebatan ke arah yang diinginkannya. Hal ini menunjukkan kepiawaiannya dalam memanfaatkan kekuatan bahasa untuk membangun identitas politik dan memengaruhi opini publik.

Secara keseluruhan, pilihan diksi Prabowo Subianto yang kerap menyentil dan kadang jenaka, telah menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya. Dari panggung-panggung kampanye hingga forum kenegaraan, ia terus menunjukkan kemampuan untuk mengolah bahasa menjadi alat komunikasi politik yang efektif, menjadikan setiap pidatonya selalu dinanti dan dibahas oleh publik.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Tagged: