PADANG, 01 December 2025 – Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Titiek Soeharto, mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan secara serius opsi relokasi permanen bagi warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai di Sumatera Barat. Usulan ini disampaikan menyusul kunjungan beliau ke sejumlah daerah yang luluh lantak akibat bencana banjir bandang dan galodo yang menelan puluhan korban jiwa serta menyebabkan kerusakan infrastruktur parah di provinsi tersebut beberapa waktu lalu.
Kunjungan Titiek Soeharto ke lokasi-lokasi terdampak, termasuk di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, membuka mata terhadap urgensi penanganan komprehensif. Ia menyoroti bahwa pola pemukiman warga yang terlalu dekat dengan aliran sungai, terutama di daerah-daerah rawan, merupakan faktor utama tingginya angka korban dan kerugian materiil setiap kali bencana serupa terjadi. “Melihat langsung kondisi di lapangan, ini bukan lagi sekadar pemulihan pascabencana, melainkan harus ada solusi jangka panjang yang fundamental,” ujarnya.
Sebagai perwakilan Komisi IV yang membidangi pertanian, lingkungan hidup, kehutanan, dan tata ruang, Titiek Soeharto menekankan bahwa pendekatan mitigasi bencana harus melibatkan perubahan paradigma dalam perencanaan tata ruang. Menurutnya, keberadaan permukiman di zona-zona bahaya harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan pusat untuk diatasi secara tuntas.
Menggali Akar Permasalahan dan Urgensi Relokasi
Banjir bandang yang melanda Sumatera Barat bukan kali pertama terjadi. Fenomena ini kerap berulang, diperparah oleh kondisi geografis daerah yang didominasi perbukitan curam dan sungai-sungai berhulu di pegunungan. Ditambah lagi dengan deforestasi, alih fungsi lahan, dan kurangnya penataan drainase yang memadai, membuat daerah ini sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi.
Usulan relokasi, meski seringkali menimbulkan perdebatan, dianggap sebagai langkah preventif paling efektif untuk memutus rantai kerugian akibat bencana. Dengan memindahkan warga ke lokasi yang lebih aman, diharapkan dapat meminimalisir risiko korban jiwa dan harta benda di masa mendatang. Titiek Soeharto menekankan bahwa proses relokasi harus dilakukan dengan pendekatan humanis, melibatkan partisipasi aktif masyarakat terdampak, serta memastikan ketersediaan infrastruktur dasar dan akses ekonomi di lokasi baru.
“Kita harus belajar dari kejadian ini. Relokasi bukan hanya sekadar memindahkan, tetapi juga memastikan keselamatan dan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Pemerintah daerah dan pusat harus bersinergi untuk merealisasikan usulan ini secepatnya, dengan mempersiapkan lahan, fasilitas umum, dan sumber penghidupan yang layak bagi mereka.”
Tantangan Implementasi dan Harapan Masa Depan
Realisasi program relokasi tentu bukan tanpa tantangan. Kendala utama meliputi ketersediaan lahan yang aman dan sesuai, pembiayaan yang besar, serta penerimaan dari masyarakat terdampak yang mungkin enggan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Oleh karena itu, Titiek Soeharto mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk segera menyusun rencana induk relokasi yang komprehensif, didukung oleh data akurat mengenai zona rawan bencana dan identifikasi warga yang membutuhkan relokasi.
Koordinasi antarlembaga menjadi kunci. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta pemerintah daerah harus bekerja sama secara padu. Selain relokasi, upaya rehabilitasi hutan dan lahan di hulu sungai, normalisasi sungai, serta edukasi kebencanaan kepada masyarakat juga harus terus digencarkan sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana yang berkelanjutan di Sumatera Barat.
DPR RI, melalui Komisi IV, berkomitmen untuk terus mengawal dan mendukung langkah-langkah konkret pemerintah dalam penanggulangan bencana, termasuk alokasi anggaran dan penyusunan kebijakan yang pro-lingkungan dan pro-rakyat. Harapannya, bencana serupa tidak lagi menimbulkan dampak separah ini di masa mendatang, dan masyarakat dapat hidup lebih aman dan sejahtera.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda






